Halaman

Selamat Datang

Jangan Lupa baca Basmallah dalam memulai segala aktivitas :)

Kamis, 02 Februari 2012

KEUANGAN dan PERMODALAN

Modal uang mutlak perlu untuk bisnis. Kalau ide ibarat kusir, maka modal adalah kudanya. Tanpa kuda, delman tidak akan pernah bergerak ke mana-mana, meski sang kusir sudah memiliki rencana indah untuk pergi tamasya keliling kota. Namun, modal uang bukan segalanya. Sikap dan pengetahuan bisa menjadi modal berharga. Kalau terpaksa butuh modal tambahan, carilah dari lingkungan terdekat.
               
                Keperluan terhadap besarnya dana untuk masing-masing ide bisnis beragam. Ada usaha yang cukup didanai dengan tabungan sendiri, ada usaha yang membutuhkan patungan sanak saudara dan kolega, namun ada pula usaha yang membutuhkan dana dari investor atau lembaga keuangan, bahkan ada usaha yang tidak membutuhkan modal yang berupa uang atau harta benda lain alias ‘modal dengkul’.
                Selain berupa uang, modal usaha juga bisa berwujud tanah, rumah, mobil dan semacamnya. Kalau mempunyai mobil minibus, umpamanya, Anda bisa memakainya langsung untuk membangun usaha antar-jemput anak sekolah. Hanya, biarpun bukan berupa uang, modal mobil itu tidak tergolong “modal dengkul”.
                Modal dengkul tak selamanya berupa dengkul.  Dengkul yang bisa dijadikan modal sering letaknya justru di kepala, bukan di kaki. Ya, benar, modal dengkul acap berupa pengetahuan yang bisa menjadi modal awal untuk menjalankan usaha.
                Simaklah kisah Hartadi yang tinggal di kawaan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Beberapa tahun lalu ia mendapat tawaran sebuah rumah di kawasan itu seharga Rp 800 juta. Menurut taksirannya, harga pasaran rumah yang ditawarkan itu bisa mencapai Rp 1 miliar. Itu sebabnya ia berani menawar untuk membelinya. Dasar rezeki, setelah tawar menawar, si pemilik rumah malah mau menurunkan harga . Hartadi boleh membeli dengan harga Rp 700 juta asalkan mau membayar uang muka sebesar Rp 140 juta.
                Hartadi menyanggupi. Dia lalu menemui salah seorang saudaranya. Dengan janji akan segera mengembalikan uang berikut bunganya, Hartadi berhasil mendapat pinjaman Rp 140 juta dari salah seorang saudaranya. Uang itu segera dia pakai untuk membayar uang muka.
                Sesudah berembuk, Hartadi membawa pemilik rumah berikut sertifikat ke bank untuk mengurus KPR. Setelah melakukan survei, bank memastikan bahwa Hartadi bisa mendapat pinjaman dengan jaminan sertifikat rumah yang hendak dibelinya. Dari bank ia malah mendapat pinjaman sebesar Rp 800 juta. Segera saja ia melunasi kekurangan pembayaran rumah. Tak lupa dia juga membayar pinjaman utangnya ke saudara sebesar Rp 140 juta berikut bunganya.
                Di sakunya masih tersisa uang kurang dari Rp 100 juta. Sebagian dia gunakan untuk membayar cicilan bulan pertama ke bank, sisanya dia pakai untuk membiayai pemasangan iklan guna menyewakan rumah tersebut. Pada bulan kedua, rumah yang baru dibelinya sudah ditempati penyewa baru. Hartadi pun menggunakan sebagian uang sewa untuk mencicil pinjaman bank, serta memanfaatkan sebagian untuk kebutuhan pribadi. “Saya seperti membeli rumah Rp 1 miliar tanpa uang sepeserpun,” katanya terkekeh. “Kebetulan saya memang punya pengetahuan seputar sektor  property sehingga tahu kalau ada penawaran rumah dengan harga di bawah harga pasar,” sambungnya. Kini Hartadi menjadi pengusaha rumah kontrakan mewah.
                Itu sekadar contoh bahwa berbekal pengetahuan tertentu, orang bisa menjalankan usaha. Modal pengetahuan itu, dalam kasus Hartadi, dilengkapi dengan modal lain berupa jaringan personal (saudara yang mau meminjamkan dana untuk uang muka). Andaikata para konsultan wirausaha mengenal dia, pasti mereka menyebutkan “dengkul” lain yang menjadi modal Hartadi, yaitu sikap. Hartadi mempunyai sikap berani, yakni, percaya diri, yakin, memegang janji, serta serius dalam berbisnis. Modal berupa pengetahuan dan sikap yang baik dan pengetahuan yang baik, bisa jadi lebih penting dan lebih menentukan usaha ketimbang uang.

Mengukur Kekuatan Sendiri
                Sayangnya, tidak semua usaha bisa dijalankan hanya dengan modal dengkul. Kalau pada saatnya anda nanti membuka usaha sungguhan, kemungkinan besar anda akan dihadapkan pada uang sebagai modal. Tak sedikit orang, malah ingin membangun usaha sendiri karena memiliki uang yang menganggur. Larisnya bisnis waralaba sekarang ini sebagian besar disebabkan oleh orang-orang semacam itu.
                Masalahnya sekarang, sebenarnya berapa besar modal usaha yang harus kita alokasikan? Kalau kita punya tabungan sebesar Rp 50 juta, haruskah seluruhnya kita pakai sebagai modal usaha baru? Kalau Anda mendapat pesangon Rp 100 juta akibat PHK, patutkah semuanya kita jadikan modal bisnis anyar? Jika Anda baru saja mendapatkan warisan dari mertua sebanyak Rp 1 miliar bolehkan uang sebanyak itu dipakai semua untuk membeli franchise sebuah rumah makan terkenal?
                Tak ada jawaban seragam atas pertanyaan-pertanyaan itu. Seorang karyawan yang mendapatkan pesangon Rp 50 juta akibat PHK tentu terlalu riskan kalau menggunakan seluruh pesangonnya untuk modal bisnis baru. Situasinya jelas berbeda dengan orang yang baru saja mendapat “duit iseng” berupa warisan, serta beda pula dengan situasi orang yang punya uang hasil dari menabung seumur hidup.
                Memang, tak mudah untuk menetapkan berapa besar porsi modal usaha dari uang yang kita miliki. Para perencana keuangan pribadi harus memberi ancar-ancar bahwa kita mesti melunasi bermacam-macam kewajiban terlebih dahulu, seperti utang, kartu kredit, dan berbagai kewajiban lain yang mau tak mau harus dilunasi. Kita juga harus menghitung dana rutin yang digunakan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Tak ada standar yang baku mengenai besarnya alokasi dana ini.
                Beberapa pengusaha sukses memberi ancar-ancar seseorang yang masih single sebaiknya menyisihkan dana untuk cadangan ini sebanyak enam kali gaji atau pendapatan perbulan. Bagi Anda yang sudah berkeluarga, sebaiknya dana cadangan mencapai 12 kali gaji atau pendapatan perbulan.
                Beberapa konsultan lain menyarankan dana cadangan tidak perlu sebesar itu. Anda hanya perlu menyediakan dana cadangan enam sampai 12 kali pengeluaran rutin perbulan. Dengan mengalokasikan dana semacan itu, kita bisa berharap agar segala resiko usaha tidak langsung berdampak pada kualitas hidup, termasuk terhadap orang yang sedang bermigrasi dari seorang pegawai menjadi wirausahawan. Asumsinya, dalam waktu enam sampai satu tahun tersebut, usaha sudah bisa menghasilkan. Ini worst case scenario.
                Bisa saja bisnis yang Anda bangun langsung mendatangkan hasil di bulan pertama. Kalau itu yang terjadi, dana cadangan toh bisa disisir untuk mengembangkan usaha. Tapi, bisa saja–ini lebih sering terjadi–bisnis baru bisa menghasilkan keuntungan setelah berbulan-bulan berikutnya.
                Oke, taruh kata Anda sudah menetapkan alokasi dana untuk modal, PR untuk membagi-bagi modal belum selesai. Dianjurkan agar pengusaha baru yang bermodal terbatas harus sangat hati-hati dan cermat mengalokasikan dana yang dia miliki. Sebaiknya hanya 50 % sampai 60 % dari modal yang benar-benar digunakan untuk modal awal bisnis. Kalau sampai dana digunakan semua, nalarnya, taruh kata usaha langsung gagal maka habis pula seluruh modal.
                Beda cerita kalau kita masih punya cadangan modal. Andai kata bisnis awal terseok–semoga saja tidak—kita masih punya mesiu untuk mengatasinya. Kalau, toh, usaha langsung jalan, dana cadangan tadi bisa dipakai untuk pengembangan usaha.
                Sudah berhasil menetapkan porsi modal awal? Kini Anda kembali mesti berhitung secara cermat dalam mengalokasikannya. Sampai tahap ini setiap bisnis memiliki karakter kebutuhan modal yang berbeda. Alokasi modal di sektor jasa , misalnya, jelas berbeda dengan bisnis restoran, perdagangan atau industri. Pengusaha juga disarankan agar mereka jangan terlalu banyak mengalokasikan modal untuk membeli barang atau kegiatan yang tak banyak memberi kelancaran bagi jalannya bisnis.
                Contohnya, mendandani fisik warung atau toko tentu baik-baik saja. Cuma, jangan sampai porsinya terlalu besar sampai-sampai mengalahkan porsi pembelian barang dagangan. Begitu pula dalam merekrut karyawan. Kalau memang harus mempekerjakan pegawai, ya sebaiknya ada alokasi dana untuk itu. Namun jangan habiskan modal dengan memiliki karyawan yang banyak, tapi tak efisien.

Mengincar Sumber-Sumber Permodalan.
                Usaha dengan modal kecil memang harus fokus ke arah pasar yang dibidik. Dengan modal minim, mau tidak mau banyak hal yang harus diabaikan. Alokasi biaya untuk administrasi dan akuntansi, misalnya, bisa dihemat dengan cara menangani kedua pekerjaan itu sendiri. Begitu tumbuh, kita tambahkan sedikit-sedikit, supaya berproses. Modal berputar dan ada laba.
                Pebisnis pemula jangan terlalu pusing mencari sumber modal dari luar. Sebaiknya menggunakan modal sendiri, dulu. Filosofi pebisnis pemula adalah melihat potensi diri dulu. Kalau punya barang dan butuh modal, lebih baik barang  itu dijual dari pada meminjam modal dari pihak lain. Modal sesungguhnya bagi pebisnis baru adalah mental untuk memulai usaha dari tingkat paling bawah. Kalau belum berani mendorong gerobak, berarti tidak siap.
                Pengusaha juga dianjurkan untuk memaksimalkan sumber daya sendiri dulu. Cara untuk meningkatkan modal internal, bukan dengan meminjam, tapi meningkatkan volume usaha dan menaikkan nilai tambah produk. Kalau omzet meningkat, keuntungan bertambah, modal yang dimiliki juga semakin banyak.
                Benar, kini bank-bank beramai-ramai menawarkan kredit untuk modal usaha kecil dan menengah. Tapi, menurut beberapa pengusaha, prakteknya tidak segampang bunyi brosur. Beberapa pengusaha mengaku bisa mendapatkan pinjaman bank setelah bisnisnya berumur delapan tahun. Artinya, setelah usahanya menunjukkan prospek jelas, baru bank mau membiayai pengembangannya.
                Bagi pebisnis pemula, pihak yang bisa diharapkan menjadi penolong dalam soal modal justru orang-orang dekat, baik teman atau saudara.  Memang untuk pertama kali usaha sangat disarankan untuk modal pinjam dari mereka. Alasannya, karena kedekatan hubungan biasanya mereka mau mengambil resiko yang tidak mau diambil bank. Malah, tidak sedikit kasus mereka bersedia memberi pinjaman karena ingin menolong. Dus, kita mungkin mendapat keleluasaan waktu untuk mengembalikannya.
                Jalan lain mengatasi kekurangan modal adalah menggandeng mitra. Lagi-lagi tawaran ini sebaiknya kita lontarkan untuk keluarga dan teman-teman dulu. Peluang mendapat sambutan dari mereka  lebih besar ketimbang kita menawarkannya kepada orang yang baru kita kenal. Dengan menawarkan kepada keluarga, kita juga lebih bisa menakar risiko ketimbang bermitra dengan orang asing sama sekali.
                Mereka bisa menjadi mitra aktif, bisa juga bertindak sebagai sleeping partner alias mitra yang hanya ikut urun modal. Modal yang bisa mereka setorkan juga bermacam-macam, bisa uang tunai, tanah, gedung, ruko, kios, peralatan dan seterusnya. Konsekwensinya, Anda harus mau berbagi keuntungan dengan mereka.
                Tak ada aturan baaku hitung-hitungan bagi hasilnya. Cuma, kalau si mitra hanya menjadi sleeping partner, bagian keuntungan lebih banyak menjadi hak Anda, misalnya 70 : 30. Bagaimana pun keuntungannya tetap lebih banyak daripada bunga bank. Itu pun biasanya terjadi kalau modal 100 % dari sleeping partnerf. Kalau modal si mitra hanya 50 % terus dia hanya tidur, ya jatah keuntungan dia bisa diperkecil lagi. Tapi, semua tergantung dari jenis bisnis dan kesepakatan.
Artikel Terkait:

1 komentar:

  1. Saya Fatimawati, Saya menggunakan Waktu Suami untuk review memperingatkan SEMUA Rekan Saya MASYARAKAT INDONESIA. Yang Yang Telah Terjadi di Sekitar Mencari Pinjaman, Andari Hanya Harus Berhati-hati. Satu-Satunya Tempat Dan Perusahaan Yang DAPAT menawarkan Pinjaman Andari Adalah QUALITYLOANFIRM. Saya mendapat Pinjaman Saya Dari mereka. Mereka Adalah Satu-Satunya Pemberi Pinjaman Yang Sah di internet. Lainnya SEMUA pembohong, Saya menghabiskan hampir 32 juta di serbi Pemberi Pinjaman Palsu. TAPI qualityloan Memberi Saya mimpi Saya Kembali. Suami Adalah Alamat email Yang sebenarnya mereka: qualityloanfirm@asia.com. heatherwhiteloanltd@gmail.com Email Pribadi Saya Sendiri: fatimatu.said99@gmail.com . Andari DAPAT berbicara DENGAN Saya Kapan Saja Andari inginkan. Terima kasih untuk review SEMUA mendengarkan permintaan Negara untuk review Saran Saya. hati-hati

    BalasHapus